Negara dan berbangsa
Sejarah Indonesia klasik dan Indonesia pasca proklamasi merupakan gambaran sejarah “disintegrasi” yang
cukup jelas diketahui oleh sebagian besar anak bangsa. Zaman Indonesia klasik berisi sejarah pertumpahan darah
bersamaan dengan naik turunnya suatu dinasti/ kerajaan. Singasari, Majapahit, Mataram, Pajajaran, Banten, adalah
contoh-contoh perjalanan dinasti/ kerajaan yang berdiri dan runtuh akibat konflik internal yang melibatkan rakyat.
Sementara zaman pasca proklamasi, Indonesia pernah menjadi negara yang terpecah menjadi beberapa negara kecil
dengan berbagai manajemen dan konflik masing-masing. Elite-elite lokal terlalu ambisius ingin merdeka dari
Republik Indonesia yang belum lama diproklamasikan itu.
Sebenarnya, otonomi daerah merupakan sebuah kenyataan sejarah yang sejak dahulu telah ada pada bangsa
Indonesia. Semasa Kerajaan Mataram misalnya, dalam konsep kekuasaan Jawa (Moedjanto, 1987), pemerintahan
raja sebenarnya merupakan hubungan yang hirarkis antara satuan-satuan kekuasaan yang berdiri sendiri, sangat
otonom, dan dapat mencukupi kebutuhan sendiri, yang secara vertikal dihubungkan oleh ikatan-ikatan perorangan di
antara beberapa pemegang kekuasaan/ bupati. Proses integrasi dengan hegemoni Goa di
Sulawesi Selatan misalnya, juga tidak mengurangi otonomi kerajaan masing-masing, jangankan menghapus
eksistensinya. Ketika Jakarta berstatus sebagai vasal dari kerajaan Banten pada abad XVII, Jakarta pun tetap
mempunyai otonomi untuk dapat melakukan kontrak sendiri dengan Kompeni dan badan Perdagangan Asing lainnya.
Pada masa kolonial, pemikiran tentang otonomi pun dipandang penting untuk melangsungkan eksploitasi
kolonial. Politik Kolonial Belanda yang bertolak dari anggapan bahwa desa adalah tulang punggung ketentraman dan
ketertiban hendak mempertahankan otonomi desa dengan segala konsekuensinya. Pada prinsipnya, fungsi-fungsi yang bersifat nasional berada di tangan Pemerintah Pusat antara lain fungsi keamanan,
moneter, hubungan luar negeri. Fungsi-sungsi yang bersifat lokal diserahkan kepada daerah. Perkembangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar